Powered By Blogger

Sabtu, 31 Juli 2010

PESUGIHAN, KREDIT GHAIB

Semua orang mengenal arti kata Pesugihan dengan mudah, mungkin banyak orang yang mendambakan hidup dengan mudah, kaya raya, banyak uang, sehingga dapat berbelanja sesuka hati, melakukan perjalanan keliling dunia tujuh kali atau investasi untuk tujuh keturunan dengan bergelimang kekayaan.

Di awal tahun 2010 berita yang sangat menghebohkan dimana seorang anak manusia yang bernama Gayus Tambunan, yakni seorang pegawai kantor pajak gol III, telah berhasil mengumpulkan kekayaan lebih dari 80 M dan memiliki beberapa rumah mewah, termasuk apartemen di LN. Dia baru bekerja selama 3 tahun sebagai pegawai Pajak. Berdasarkan hitungan gaji yang dapat Gayus terima sebanyak itu, jika dia bekerja selama 900 tahun. Artinya reinkarnasi selama 10 kali barulah seorang Gayus berhak atas harta itu. Apakah Gayus menggunakan Ilmu Pesugihan..?!

“ Pastilah bukan Pesugihan, Ilmu yang dipakai adalah Ilmu Penipuan.” Ujar Ki Semar Mesem, seorang paranormal yang sebenarnya masih muda, namun memakai nama Ki di depan nama samarannya agar berkesan berwibawa.
“Ilmu Penipuan dengan kombinasi Ilmu Manipulasi yang akhirnya menghasilkan Ilmu Korupsi” Ujar Ki Semar Mesem dengan semangat.
“Apakah mungkin seorang Gayus yang baru bekerja memiliki Ilmu Korupsi yang sedimikian hebat?” Desakku lagi.
“Gayus bisa jadi tidak hebat, namun kelompok kerjanya yang hebat. Korupsi berjemaah, merampok rame-rame, berotak setan walaupun masih berbadan manusia” Ujar Ki Semar Mesem lebih bersemangat.

Aku tidak berani mendesak lebih jauh. Membicarakan masalah korupsi dan penindasan, Ki Semar bisa berapi-api. Aku berdiam sembari menyalakan rokok dan menyeruput kopi yang telah tersedia. Aku ingin membicarakan masalah menjadi kaya raya ini dapat dilakukan dengan damai, mendalam dan tidak melebar kemana-mana.

“Lalu...Pesugihan itu apa,Ki ?” Tanyaku ke awal persoalan.
“Pesugihan adalah Perjanjian antara manusia dengan mahluk halus agar manusia ini dapat dibantu, agar cepat menjadi kaya raya. Seperti layaknya sebuah Bank di alam lain (Bank Ghaib), operasional banknya dilakukan oleh mahluk halus dan dapat memberikan pinjaman bagi manusia yang sanggup mengikuti dan memenuhi pesyaratan tertentu”. Lanjut tutur Ki Semar Mesem.
“Dimana Bank Ghaib itu dapat kita temui,Ki ?” Tanyaku lagi.
“Kalau ditemui, pastilah tidak ketemu namanya juga Ghaib. Namun beberapa tempat sangat populer yang dipercaya sebagai tempat untuk pengajuan kredit. Seperti Gunung Kemukus, Gunung Kawi dan beberapa kuburan kuno yang dianggap ramah untuk memberikan kredit.” Ujar Ki Semar Mesem yakin.


“Apakah di Bali sudah ada cabangnya?” Tanyaku penasaran.
“Kalau di Bali banyak juga yang sudah pinjam kredit, cuman mereka malu untuk mengakui dan tidak mau memberi tahu tempatnya. Mereka tetap membayar kreditnya, namun masih mampu memanipulasi dengan pelaksanaan upacara agama. Jadinya agak tersamarkan.” Ki Semar menyalakan rokoknya.

Aku mulai memikirkan, Apakah benar keinginan orang untuk menjadi kaya raya sedemikian mendesak?! Hingga sampai berani menipu dirinya, menipu keluarga, menipu upacara agama dan menipu Tuhannya..?!!Ini fenomena yang sangat luar biasa. Di jaman modernisasi yang terang benderang, ternyata masih ada yang ingin menempuh jalan tersembunyi, namun ingin tetap populer.

Ingin cepat dan mudah menjadi kaya raya, ingin tersohor, ingin dihormati, ingin membeli semua kemewahan yang ditawarkan, ingin serba mudah dan serba cepat. Semua yang terjadi harus secara instant.
Mudah artinya, tanpa usaha apapun harus sudah ada hasil yang banyak. Tanpa bekerja harus sudah ada uang dan harta yang melimpah.Tanpa berbuat apa-apa harus menjadi berwibawa dan dihormati orang. Keinginan yang sangat tidak masuk akal.

Bagaimana dengan pesyaratan yang harus dipenuhi, Ki..?!” Tanyaku ingin tahu.
“Setiap tempat memiliki pesyaratan yang berbeda. Contohnya kita sebut saja Gunung Kemukus, disamping mempersiapkan sesajen yang dipersembahkan orang yang ingin melalukan permohonan pesugihan harus melakukan ritual sex dengan pasangan yang bukan suami atau istrinya. Artinya diharuskan untuk selingkuh dan besenggama sebelum melakukan prosesi permohonan”. Ujar Ki Semar Mesem dengan yakin.

“Bukankah itu sudah melanggar etika hukum dan agama?” Aku ingin menegaskan lagi.
“Itulah syarat yang harus dipenuhi sebelum masuk dalam perjanjian dan nanti dalam perjanjian akan ada beberapa syarat lain yang mengikat.” Lanjut Ki Semar Mesem.
”Pada umumnya mereka yang datang, sudah pada mengerti dengan semua pesyaratan yang berlaku.” Imbuh Ki Semar.

Aku sangat terkejut dan membayangkan dengan segala ritual yang harus dipenuhi. “Bagaimana dengan mereka yang datang dan tidak menemukan pasangan?” Pikirku lebih dalam.”Pastilah akan ada yang menawarkan jasa pelayanan dengan imbalan uang, alias Pelacur. Semakin lama tempat yang sakral dapat menjadi sarang pelacur, sarang pelacur berarti sarang penyakit kelamin. Satu kena AIDS berarti semua akan tertular. Belum kaya sudah mati”.Pikirku lagi. Aku tak mau berhayal terlalu jauh, bahwa di Indonesia ada ritual yang unik seperti itu, cukup membuatku terkesan. “Negara adiluhung dengan tradisi dan martabat agama yang kuat, membiarkan proses sex bebas berkembang dengan baik”. Aku semakin tak mengerti....

“Lain lagi dengan di Gunung Kawi”. Ujar Ki Semar Mesem mengagetkan lamunanku.
“Lain bagaimana, Ki?”. Tanyaku lebih dalam.
“Biasanya mereka mengadakan sesajen dengan persembahan kambing yang dilepas disekitar gunung. Semua keperluan sesajen sudah tersedia, tinggal membayarnya saja”. Jelas Ki Semar Mesem sambil terbatuk.
“Kenapa Kambingnya hanya dilepas begitu saja?”. Tanyaku lagi.
“Mungkin saja pemilik kambing sudah menjaganya di balik bukit. Alias kambing itu hanya disewakan, sementara pengunjung membelinya. Biasalah urusan bisnis..Ha..ha”. Ki Semar Mesem tertawa terbahak.
“Berarti Panitia Sajen yang lebih dahulu mendapat untung ya, Ki...” Tegasku lagi.
“Itu sih urusan mereka, yang jelas banyak diantara mereka yang berhasil. Mereka kembali dengan menghaturkan sesajen dengan dilengkapi pagelaran sebagai ucapan syukur dan terimakasih. Mereka selalu kembali, paling tidak setahun sekali disaat hari besar upacara”.Ki Semar Mesem menikmati kopinya yang tersisa di gelas.

“Seperti apa kira-kira perjanjian mereka itu,Ki..?!” Aku mendesaknya lagi mengikuti rasa ingin tahuku.
“Pertanyaan yang bagus..coba aku mengingatnya”. Ujar Ki Semar Mesem.

Aku hanya terdiam, suasana terasa hening sejenak. Memberikan kesempatan Ki Semar untuk berpikir dan mengingat syarat yang harus dipenuhi. Suara burung Perkutut terdengar lembut, mereka saling bersahutan bahagia. Akupun menyibukkan diri dengan menyulut sebatang rokok lagi.

“Umumnya orang dengan Pesugihan akan meroket dengan cepat. Usaha yang dijalankannya akan booming. Artinya tiba-tiba rame dan sepertinya pembeli tak putus-putus membawakan mereka uang. Terkadang di saat yang bersamaan mereka akan memperbesar bangunan usaha mereka, sehingga dengan mencolok akan terlihat ada yang berubah”. Ujar Ki Semar Mesem memecah kesunyian.

“Ada beberapa usaha yang terlihat seperti itu, tidak beberapa lama mereka akan tampak redup dan kemudian terlihat sepi”. Ujarku menyetujui.
“Seperti itulah perjalanannya, biasanya mereka akan terus sibuk membangun, konon katanya ketika ditagih oleh para kreditor (Bangsa Jin) mereka tetap berdalih sedang sibuk”. Jelas Ki Semar Mesem sambil memperbaiki posisi duduknya.
“Bagi yang tidak memenuhi kewajiban mereka ataupun dengan terus menundanya, maka akan terjadi penurunan penghasilan dengan menurunnya usaha yang sedang dikerjakan”. Lanjut Ki Semar Mesem.
“Kewajiban yang seperti apa itu?” Tanyaku lagi.
“Kewajiban membayar ritual sesajen dengan Caru Wong atau caru manusia setiap tahunnya.” Ujar Ki Semar Mesem dengan tegas.
“Apakah ini artinya kita harus mengorbankan nyawa manusia untuk membayar kredit yang kita pinjam..?!” Tanyaku tak yakin.
“Seperti itulah...!” Jelas Ki Semar. “Kalaupun mereka tidak dapat memenuhinya, maka akan digantikan dengan salah satu anak yang dimiliki. Biasanya anak kesayangan yang tiba-tiba saja meninggal, akibat sakit mendadak ataupun tabrakan.” Ujarnya santai.
“Tetangga saya memiliki usaha besar dan setiap tahun ada saja supirnya yang meninggal, terutama supir yang disayang. Apakah hal ini ada hubungannya dengan Bank Ghaib ini,Ki...?!” Tanyaku lagi.
“Coba saja kamu amati, setelah sopir pasti akan ada anaknya atau istrinya yang akan meninggal tak wajar, kemudian usahanya akan mundur dan akhirnya diapun akan mati juga.” Ki Semar Mesem memandangku .

Aku mulai memikirkan beberapa kejadian yang dari dahulu aku lihat aneh. Tetanggaku yang memiliki usaha yang besar, hampir setiap tahun sopirnya atau pegawainya yang disayang selalu meninggal secara mendadak. Ada beberapa rumors yang mengatakan kalau dia memakai Pesugihan dan dealing dengan Jin. Namun aku beranggapan rumors itu tibul hanya karena sifat iri orang-orang disekitar atau pesaing bisnisnya belaka, namun sekarang ini mungkin saja rumors itu benar dan mungkin saja cerita itu benar yakni Pesugihan.

Pak Wayan, demikian aku selalu memanggil tetanggaku. Setiap dia melakukan Piodalan dirumahnya selalu dalam ukuran yang sangat besar. Jumlah bebangkit yang dipergunakan sampai berjumlah ratusan, padahal odalan ini adalah odalan rutin, dimana setiap rumah di Bali melakukannya. Namun jumlah bebangkit paling tidak lima, tidak sampai ratusan. Biasanya orang mulai berbisik-bisik kalau Bebangkit itu dipakai pengganti korban untuk memenuhi kuota korban yang harus diberikan.

“Orang yang melakukan Pesugihan hampir ada di setiap daerah dengan nama dan lakon yang berbeda. Ada istilahnya Babi Ngepet, Lutung Kesarung, Blerong, dll”. Lanjut Ki Semar Mesem sambil tersenyum. “Mereka adalah orang-orang yang merendahkan Tuhannya sendiri dan mau diperbudak Setan. Mereka telah mengambil rejeki anak dan keturunan mereka. Lihat saja keturunan mereka pastilah hidupnya akan susah dan rohnyapun tidak akan ada tempat di Sorga”. Ujar Ki Semar menutup pembicaraan di sore ini.
Aku hanya bisa merenunginya....



Semua orang mengenal arti kata Pesugihan dengan mudah, mungkin banyak orang yang mendambakan hidup dengan mudah, kaya raya, banyak uang, sehingga dapat berbelanja sesuka hati, melakukan perjalanan keliling dunia tujuh kali atau investasi untuk tujuh keturunan dengan bergelimang kekayaan.

Di awal tahun 2010 berita yang sangat menghebohkan dimana seorang anak manusia yang bernama Gayus Tambunan, yakni seorang pegawai kantor pajak gol III, telah berhasil mengumpulkan kekayaan lebih dari 80 M dan memiliki beberapa rumah mewah, termasuk apartemen di LN. Dia baru bekerja selama 3 tahun sebagai pegawai Pajak. Berdasarkan hitungan gaji yang dapat Gayus terima sebanyak itu, jika dia bekerja selama 900 tahun. Artinya reinkarnasi selama 10 kali barulah seorang Gayus berhak atas harta itu. Apakah Gayus menggunakan Ilmu Pesugihan..?!

“ Pastilah bukan Pesugihan, Ilmu yang dipakai adalah Ilmu Penipuan.” Ujar Ki Semar Mesem, seorang paranormal yang sebenarnya masih muda, namun memakai nama Ki di depan nama samarannya agar berkesan berwibawa.
“Ilmu Penipuan dengan kombinasi Ilmu Manipulasi yang akhirnya menghasilkan Ilmu Korupsi” Ujar Ki Semar Mesem dengan semangat.
“Apakah mungkin seorang Gayus yang baru bekerja memiliki Ilmu Korupsi yang sedimikian hebat?” Desakku lagi.
“Gayus bisa jadi tidak hebat, namun kelompok kerjanya yang hebat. Korupsi berjemaah, merampok rame-rame, berotak setan walaupun masih berbadan manusia” Ujar Ki Semar Mesem lebih bersemangat.

Aku tidak berani mendesak lebih jauh. Membicarakan masalah korupsi dan penindasan, Ki Semar bisa berapi-api. Aku berdiam sembari menyalakan rokok dan menyeruput kopi yang telah tersedia. Aku ingin membicarakan masalah menjadi kaya raya ini dapat dilakukan dengan damai, mendalam dan tidak melebar kemana-mana.

“Lalu...Pesugihan itu apa,Ki ?” Tanyaku ke awal persoalan.
“Pesugihan adalah Perjanjian antara manusia dengan mahluk halus agar manusia ini dapat dibantu, agar cepat menjadi kaya raya. Seperti layaknya sebuah Bank di alam lain (Bank Ghaib), operasional banknya dilakukan oleh mahluk halus dan dapat memberikan pinjaman bagi manusia yang sanggup mengikuti dan memenuhi pesyaratan tertentu”. Lanjut tutur Ki Semar Mesem.
“Dimana Bank Ghaib itu dapat kita temui,Ki ?” Tanyaku lagi.
“Kalau ditemui, pastilah tidak ketemu namanya juga Ghaib. Namun beberapa tempat sangat populer yang dipercaya sebagai tempat untuk pengajuan kredit. Seperti Gunung Kemukus, Gunung Kawi dan beberapa kuburan kuno yang dianggap ramah untuk memberikan kredit.” Ujar Ki Semar Mesem yakin.


“Apakah di Bali sudah ada cabangnya?” Tanyaku penasaran.
“Kalau di Bali banyak juga yang sudah pinjam kredit, cuman mereka malu untuk mengakui dan tidak mau memberi tahu tempatnya. Mereka tetap membayar kreditnya, namun masih mampu memanipulasi dengan pelaksanaan upacara agama. Jadinya agak tersamarkan.” Ki Semar menyalakan rokoknya.

Aku mulai memikirkan, Apakah benar keinginan orang untuk menjadi kaya raya sedemikian mendesak?! Hingga sampai berani menipu dirinya, menipu keluarga, menipu upacara agama dan menipu Tuhannya..?!!Ini fenomena yang sangat luar biasa. Di jaman modernisasi yang terang benderang, ternyata masih ada yang ingin menempuh jalan tersembunyi, namun ingin tetap populer.

Ingin cepat dan mudah menjadi kaya raya, ingin tersohor, ingin dihormati, ingin membeli semua kemewahan yang ditawarkan, ingin serba mudah dan serba cepat. Semua yang terjadi harus secara instant.
Mudah artinya, tanpa usaha apapun harus sudah ada hasil yang banyak. Tanpa bekerja harus sudah ada uang dan harta yang melimpah.Tanpa berbuat apa-apa harus menjadi berwibawa dan dihormati orang. Keinginan yang sangat tidak masuk akal.

Bagaimana dengan pesyaratan yang harus dipenuhi, Ki..?!” Tanyaku ingin tahu.
“Setiap tempat memiliki pesyaratan yang berbeda. Contohnya kita sebut saja Gunung Kemukus, disamping mempersiapkan sesajen yang dipersembahkan orang yang ingin melalukan permohonan pesugihan harus melakukan ritual sex dengan pasangan yang bukan suami atau istrinya. Artinya diharuskan untuk selingkuh dan besenggama sebelum melakukan prosesi permohonan”. Ujar Ki Semar Mesem dengan yakin.

“Bukankah itu sudah melanggar etika hukum dan agama?” Aku ingin menegaskan lagi.
“Itulah syarat yang harus dipenuhi sebelum masuk dalam perjanjian dan nanti dalam perjanjian akan ada beberapa syarat lain yang mengikat.” Lanjut Ki Semar Mesem.
”Pada umumnya mereka yang datang, sudah pada mengerti dengan semua pesyaratan yang berlaku.” Imbuh Ki Semar.

Aku sangat terkejut dan membayangkan dengan segala ritual yang harus dipenuhi. “Bagaimana dengan mereka yang datang dan tidak menemukan pasangan?” Pikirku lebih dalam.”Pastilah akan ada yang menawarkan jasa pelayanan dengan imbalan uang, alias Pelacur. Semakin lama tempat yang sakral dapat menjadi sarang pelacur, sarang pelacur berarti sarang penyakit kelamin. Satu kena AIDS berarti semua akan tertular. Belum kaya sudah mati”.Pikirku lagi. Aku tak mau berhayal terlalu jauh, bahwa di Indonesia ada ritual yang unik seperti itu, cukup membuatku terkesan. “Negara adiluhung dengan tradisi dan martabat agama yang kuat, membiarkan proses sex bebas berkembang dengan baik”. Aku semakin tak mengerti....

“Lain lagi dengan di Gunung Kawi”. Ujar Ki Semar Mesem mengagetkan lamunanku.
“Lain bagaimana, Ki?”. Tanyaku lebih dalam.
“Biasanya mereka mengadakan sesajen dengan persembahan kambing yang dilepas disekitar gunung. Semua keperluan sesajen sudah tersedia, tinggal membayarnya saja”. Jelas Ki Semar Mesem sambil terbatuk.
“Kenapa Kambingnya hanya dilepas begitu saja?”. Tanyaku lagi.
“Mungkin saja pemilik kambing sudah menjaganya di balik bukit. Alias kambing itu hanya disewakan, sementara pengunjung membelinya. Biasalah urusan bisnis..Ha..ha”. Ki Semar Mesem tertawa terbahak.
“Berarti Panitia Sajen yang lebih dahulu mendapat untung ya, Ki...” Tegasku lagi.
“Itu sih urusan mereka, yang jelas banyak diantara mereka yang berhasil. Mereka kembali dengan menghaturkan sesajen dengan dilengkapi pagelaran sebagai ucapan syukur dan terimakasih. Mereka selalu kembali, paling tidak setahun sekali disaat hari besar upacara”.Ki Semar Mesem menikmati kopinya yang tersisa di gelas.

“Seperti apa kira-kira perjanjian mereka itu,Ki..?!” Aku mendesaknya lagi mengikuti rasa ingin tahuku.
“Pertanyaan yang bagus..coba aku mengingatnya”. Ujar Ki Semar Mesem.

Aku hanya terdiam, suasana terasa hening sejenak. Memberikan kesempatan Ki Semar untuk berpikir dan mengingat syarat yang harus dipenuhi. Suara burung Perkutut terdengar lembut, mereka saling bersahutan bahagia. Akupun menyibukkan diri dengan menyulut sebatang rokok lagi.

“Umumnya orang dengan Pesugihan akan meroket dengan cepat. Usaha yang dijalankannya akan booming. Artinya tiba-tiba rame dan sepertinya pembeli tak putus-putus membawakan mereka uang. Terkadang di saat yang bersamaan mereka akan memperbesar bangunan usaha mereka, sehingga dengan mencolok akan terlihat ada yang berubah”. Ujar Ki Semar Mesem memecah kesunyian.

“Ada beberapa usaha yang terlihat seperti itu, tidak beberapa lama mereka akan tampak redup dan kemudian terlihat sepi”. Ujarku menyetujui.
“Seperti itulah perjalanannya, biasanya mereka akan terus sibuk membangun, konon katanya ketika ditagih oleh para kreditor (Bangsa Jin) mereka tetap berdalih sedang sibuk”. Jelas Ki Semar Mesem sambil memperbaiki posisi duduknya.
“Bagi yang tidak memenuhi kewajiban mereka ataupun dengan terus menundanya, maka akan terjadi penurunan penghasilan dengan menurunnya usaha yang sedang dikerjakan”. Lanjut Ki Semar Mesem.
“Kewajiban yang seperti apa itu?” Tanyaku lagi.
“Kewajiban membayar ritual sesajen dengan Caru Wong atau caru manusia setiap tahunnya.” Ujar Ki Semar Mesem dengan tegas.
“Apakah ini artinya kita harus mengorbankan nyawa manusia untuk membayar kredit yang kita pinjam..?!” Tanyaku tak yakin.
“Seperti itulah...!” Jelas Ki Semar. “Kalaupun mereka tidak dapat memenuhinya, maka akan digantikan dengan salah satu anak yang dimiliki. Biasanya anak kesayangan yang tiba-tiba saja meninggal, akibat sakit mendadak ataupun tabrakan.” Ujarnya santai.
“Tetangga saya memiliki usaha besar dan setiap tahun ada saja supirnya yang meninggal, terutama supir yang disayang. Apakah hal ini ada hubungannya dengan Bank Ghaib ini,Ki...?!” Tanyaku lagi.
“Coba saja kamu amati, setelah sopir pasti akan ada anaknya atau istrinya yang akan meninggal tak wajar, kemudian usahanya akan mundur dan akhirnya diapun akan mati juga.” Ki Semar Mesem memandangku .

Aku mulai memikirkan beberapa kejadian yang dari dahulu aku lihat aneh. Tetanggaku yang memiliki usaha yang besar, hampir setiap tahun sopirnya atau pegawainya yang disayang selalu meninggal secara mendadak. Ada beberapa rumors yang mengatakan kalau dia memakai Pesugihan dan dealing dengan Jin. Namun aku beranggapan rumors itu tibul hanya karena sifat iri orang-orang disekitar atau pesaing bisnisnya belaka, namun sekarang ini mungkin saja rumors itu benar dan mungkin saja cerita itu benar yakni Pesugihan.

Pak Wayan, demikian aku selalu memanggil tetanggaku. Setiap dia melakukan Piodalan dirumahnya selalu dalam ukuran yang sangat besar. Jumlah bebangkit yang dipergunakan sampai berjumlah ratusan, padahal odalan ini adalah odalan rutin, dimana setiap rumah di Bali melakukannya. Namun jumlah bebangkit paling tidak lima, tidak sampai ratusan. Biasanya orang mulai berbisik-bisik kalau Bebangkit itu dipakai pengganti korban untuk memenuhi kuota korban yang harus diberikan.

“Orang yang melakukan Pesugihan hampir ada di setiap daerah dengan nama dan lakon yang berbeda. Ada istilahnya Babi Ngepet, Lutung Kesarung, Blerong, dll”. Lanjut Ki Semar Mesem sambil tersenyum. “Mereka adalah orang-orang yang merendahkan Tuhannya sendiri dan mau diperbudak Setan. Mereka telah mengambil rejeki anak dan keturunan mereka. Lihat saja keturunan mereka pastilah hidupnya akan susah dan rohnyapun tidak akan ada tempat di Sorga”. Ujar Ki Semar menutup pembicaraan di sore ini.
Aku hanya bisa merenunginya....

HARIMAU KORBAN NAFSU MANUSIA

Harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae) mendekati ambang kepunahan. Kepunahan si belang ini semakin dipercepat dengan maraknya pemburuan liar yang bertujuan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan menjual si Belang ke pasar lokal ataupun Internasional. Eksport Harimau terbesar menuju Korea Selatan, kemudian Cina, Taiwan, Singapura, Malaysia, India dan beberapa Negara lainnya.

Walaupun Negara Indonesia telah memiliki undang-undang untuk melindungi binatang ini, tetapi para pemburu tidak takut, walaupun akan dihukum berat. Yang paling menderita adalah generasi berikutnya yang tidak akan tahu binatang asli Indonesia ini, seperti punahnya harimau Bali ataupun harimau jawa.

Pemburu professional ini menggunakan alat-alat yang sangat sederhana, seperti kawat sling ataupun dengan menggali lobang yang dalam. Mereka sudah tahu pasti areal yang berisi harimau, dengan mencium bau kencing disekitar pohon yang biasanya ditandai oleh harimau sebagai batas daerah kekuasaannya. Disamping itu dipercaya juga para pemburu ini menggunakan mantera dan sesaji dalam perburuannya.

Pedagang obat di Cina menggunakan harimau untuk ramuan obatnya yang sebagian besar di eksport kemabi ke Indonesia. Namun untuk pasar dalam negeri harimau laris dikalangan supranatural dipakai sebagai pengobatan tradisional ataupun dalam urusan ghaib.

Gigi taring yang biasanya diberikan ornament hiasan dan paling banyak dipergunakan untuk hiasan kalung, dipercaya memiliki ghaib untuk kewibawaan, terutama bagi mereka yang memegang jabatan penting, keberuntungan dan kekuatan.

Kuku dipakai untuk kalung dan dipercaya memiliki kekuatan dan memberikan perlindungan terhadap pemiliknya.

Bulu Kumis Kumis harimau dipercaya memiliki kekuatan ilmu gaib untuk melindungi pemiliknya dari serangan ilmu hitam. Dan kekuatan ilmu gaib kumis harimau akan lebih kuat jika diambil dari harimau yang masih hidup.

Ekor Biasanya ekor dijual menjadi satu dengan kulitnya. Namun jika kulitnya terusak parah, maka bagian kulit biasanya dipotong-potong dan dijual terpisah dalam potongan-potongan kecil. Dalam kasus semacam itu, ekor biasanya dijual terpisah sebagai cinderamata atau jimat yang dikatakan sebagai pelindung dari kutukan ilmu hitam jika diletakkan di rumah.

Kulit Beberapa orang di Indonesia percaya bahwa kulit harimau mengandung kekuatan ilmu gaib. Biasanya, potongan kecil dari kulit harimau digunakan untuk melindungi pemiliknya dari ilmu hitam. Potongan-potongan tersebut digunakan oleh dukun untuk melempar mantera ilmu hitam kepada yang lain
Sebagai tambahan, biasanya kulit harimau dibentuk menjadi sabuk dengan mantera ilmu gaib, yang digunakan untuk melindungi orang yang memakainya dari semua bahaya yang diakibatkan oleh satwa liar atau roh jahat . Kulit utuh yang memiliki kondisi baik, jauh lebih berharga daripada beberapa potongan kulit kecil yang bisa didapat dari satu kulit. Oleh karena itu, hanya kulit yang benar-benar rusak yang biasanya dipotong-potong untuk dijual. Kulit harimau sangat baik untuk alas tubuh ketika melaksanakan meditasi Beberapa masyarakat lokal percaya bahwa kulit harimau tidak lagi memiliki kekuatan jika harimau yang tertangkap dalam perangkapnya tertutup oleh bayangan manusia sebelum dibunuh.

Kulit dari satu bagian telapak digunakan oleh beberapa masyarakat lokal untuk kegiatan ritual.

Kulit dari Dahi Bagian ini adalah bagian yang paling mahal dari kulit, karena garis-garis yang ada di antara kuping dapat diartikan seperti huruf Cina yang berarti kekayaan .
Potongan kulit ini dipercaya dapat memberikan rejeki dan keberuntungan bagi pemiliknya. Di Bali kulit ini sangat di cari dan berharga sangat mahal, karena biasanya dipergunakan untuk pelengkap tapel barong yang akan di tempatkan di pura.

Alis mata Alis mata dikatakan sebagai yang paling kuat dan memiliki kemampuan untuk
melindungi pemiliknya dari iblis dan memberi mereka kekuatan.

Penis Penis dikatakan juga sebagai sumber kekuatan sex atau aphrodisiac (gairah seksual).

Empedu Urat harimau dikeringkan dan dimasukkan dalam tablet untuk menyembuhkan
penyakit tulang.

Daging Daging dimasak dan dimakan untuk mengobati penyakit kulit. Para petani membakar sejumput daging di setiap ujung lahan pertanian untuk mengusir babi hutan dan tikus. Pasar untuk daging harimau masih terbatas pada masyarakat sekitar dan tidak terlalu banyak diperjualbelikan. Namun, ada pasar di daerah terpencil yang menjual daging harimau yang dikeringkan dan di eksport.

Lemak Para petani percaya bahwa dengan menyimpan sebotol lemak harimau akan melindungi pertanian mereka dari serangan hama babi hutan dan tikus.

Susu Dipergunakan pada ramuan obat .

Kotoran Harimau Beberapa dukun Indonesia menggunakan kotoran
harimau untuk menyembuhkan orang yang terkena santet. Di suatu kesempatan, seorang dukun pergi ke kebun binatang bersama orang yang sakit parah karena terkena santet, yang dibuat oleh orang lain. Sang dukun lalu meminta kotoran harimau dari penjaga kebun binatang dan langsung memberikannya pada orang tersebut untuk dimakan di tempat. Terkadang para petani dan pekerja perkebunan juga meminta kotoran harimau dari
penjaga kebun binatang. Kotoran harimau tersebut untuk disebarkan di ujung-ujung tanaman atau lahan pertanian yang aromanya akan mengusir babi hutan (nama latinnya Sus scrofa). Meskipun untuk mendapatkan kotorannya harimau tidak perlu dibunuh, tetapi cukup menarik untuk mencatat kegunaannya .

Tulang Ditumbuk sampai menjadi bubuk, lalu diminum dengan segelas air hangat. Hal itudigunakan untuk mengobati rematik dan sakit kepala. Tulang kaki bagian depan atas dikatakan sebagai yang paling berkhasiat dalam hal pengobatan tradisional. Selain itu tulang belulang ini dipercaya bila ditanam di halaman rumah, akan menjadi harimau siluman di waktu malam dan sangat bagus dipergunakan untuk menjaga lingkungan rumah ataupun kebun.

Tulang Telapak Kanan Depan Menurut para pedagang, tulang yang didapat dari telapak kanan depan dianggap paling kuat, yang membuat harimau dapat menarik mangsa yang lebih besar. Tulang itu direndam dalam segelas air hangat, didiamkan sejenak, lalu diminum untuk mengobati sakit kepala. Beberapa pengguna juga percaya bahwa hal itu memiliki kekuatan untuk mengusir pengaruh roh jahat. Imitasi telapak harimau biasa ditemukan di pasar-pasar Cina .


Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang konservasi tahun 1990, Ternyata nasib si Belang semakin menyedihkan. Perburuan terus dilakukan. Pasaran lokal masih sangat menggiurkan, orang berusaha memperoleh kulit harimau sebagai gaya hidup tingkat atas. Karena persediaan harimau di alam sangat sedikit, banyak orang yang tertipu membeli taring harimau maupun kulit harimau. Taring palsu biasanya terbuat dari taring buaya atau tulang gajah dan kulit palsu terbuat dari kulit banteng muda yang di sablon.

TULANG SINGKAL HARIMAU

Harimau selain sebagai Raja Hutan, ternyata secara alami memiliki kekuatan ghaib. Kekuatan super yang dimiliki adalah tulang singkal dan yang paling digemari adalah taring harimau

Harimau sebagai raja hutan banyak memiliki misteri dan kekuatan. Secara alami harimau sebagai raja hutan telah dibekali kekuatan sejak dia lahir. Binatang penghuni hutan tidak akan berani mendekat, jika tercium bau harimau. Biasanya harimau menandai daerah kekuasaannya dengan air kencingnya.

Diantara segerombolan harimau, ternyata ada harimau yang menyendiri jauh dari kelompoknya. Kelompok harimau tidak ada yang mau mendekat dengan yang satu ini dan biasanya harimau ini memiliki sesuatu yang istemewa yang berada di dalam tubuhnya. Harimau istemewa yang hidup sendiri ini biasanya tidak memiliki keturunan, karena pasangannyapun tidak ada yang berani mendekat. Harimau sepeti ini sering disebut ‘Harimau Raden’ harimau yang memang terlahir menjadi rajanya para harimau.

Konon harimau raden ini tidak pernah berburu, sebagaimana layaknya bangsa harimau. Alam sudah menyediakan alias menghaturkan untuk dirinya. Harimau ini kalau lapar, hanya cukup memandang saja. Katakanlah ditengah hutan ada segerombolan kera, namun ketika harimau Raden lapar, semua gerombolan kera akan pergi dan ada satu ekor yang diam yang memang dipersembahkan untuk sang Raden (Harimau Raja).

Kalau harimau Raden tertangkap, ketika tubuhnya dikuliti, biasanya akan terdapat tulang singkal. Tulang singkal adalah tulang yang tumbuh menembus daging. Tulang yang lebih, tulang yang tidak pada tempatnya. Tulang singkal dapat tumbuh dimana-mana, tetapi yang paling utama kekuatannya adalah tulang singkal yang ada atau tumbuhnya di kepala. Tulang singkal ini akan menembus daging kepala, terkadang tembus sampai ke otaknya. Besarnya tulang singkal sebesar lidi, kalau panjangnya tidaklah tentu, ada sekitar 10-15 cm.

Tulang singkal harimau hanya dapat ditemukan kalau memang lagi hoki, keberuntungan sedang berpihak. Tidak semua harimau memiliki tulang singkal, mungkin perbandingannya 1:500. Tulang singkal memang sangat langka dan termasuk barang yang sangat dicari, karena khasiatnya yang sangat dahsyat. Kalau ada yang memilikinya, biasanya tidak mau sembarang untuk mengatakannya, karena takut ditawar dan biasanya uang godaannya sangat kuat.

Suastha mengatakan bahwa suatu hari dia berburu ke dalam hutan, hanya untuk bekal diri dia membawa tulang singkal harimaunya. Ternyata semua binatang di hutan menghilang. Membawa barang langka seperti ini adalah kesalahan besar, terutama untuk berburu. Ternyata saat pulang kendaraan jip long sasis yang ditumpanginya masuk selokan. Disinilah Suastha membuktikan singkal harimaunya. Lima orang mencoba untuk mengangkat roda mobil, ternyata sedikitpun mobil tidak bergerak. “Saya menawarkan diri untuk mencoba mengangkatnya sendiri” Kata Suastha. “Sebenarnya saya sendiri tidak yakin, namun untuk membuktikan kehebatan singkal ini, sayapun ingin mencobanya” Lanjut Suastha “Saya berkonsentrasi penuh dan mohon kekuatan, mobil bisa terangkat dan sayapun terheran” Ujar Suastha.

Menurut cerita seorang paranormal, singkal harimau memiliki kekuatan setara dengan seribu kuda mengamuk. Kalau seseorang yang memiliki singkal harimau dan sedang marah, lebih baik dihindari, alias lari jauh. Kekuatan tubuhnya akan berubah secara instan, semakin marah atau emosi, maka kekuatannya semakin bertambah. Pernah melihat orang menarik truk tronton dengan giginya di tv? Orang biasa juga dapat melakukannya dengan mudah, asal memiliki singkal harimau atau pernah mendengar orang kurus yang memukul pintu kayu jati hingga remuk? Seperti itulah kekuatannya, semakin emosi, kekuatannya bertambah besar secara otomatis. Biasanya orang ini akan merasakan bagaikan raksasa, orang yang ada dihadapannya dipandangnya kecil, makanya kalau dia memukul, orang yang terkena pukulan bisa langsung mati.

Orang yang mengerti tulang singkal harimau dan memilikinya biasanya akan menyimpannya dengan sangat istimewa, bukan menyimpannya di lemari besi atau tempat yang banyak kunci, namun di simpan di dalam tubuhnya. Menyimpannya dengan cara menanam di dalam daging, biasanya pada salah satu tangan, kiri atau kanan. Buruknya adalah ketika tidak dapat mengontrol emosi, akan fatal akibatnya.

Harimau ternyata banyak menyimpan kekuatan ghaib, hampir seluruh bagian tubuh harimau memiliki kekuatan ghaib, sampai pada kotorannya dipercaya sebagai obat santet dan pengusir guna-guna yang ampuh. Namun yang paling di cari setelah tulang singkal adalah taring harimau.

Secara logika dengan hanya mencium bau harimau, semua binatang akan melarikan diri.Bagaimana halnya kalau melihat taring harimau? Seperti di hipnotis manusia atau binatang yang melihatnya akan terdiam, sebelum menyadari apa yang dilihatnya. Taring harimau memiliki daya hipnotis secara alami, banyak pejabat di Bali yang memakai taring harimau untuk kewibawaan sebagai pejabat, semua kata-kata yang diucapkan, tidak ada yang berani membatahnya. Itulah kekuatan ghaib taring harimau, sayang tidak banyak ada harimau yang tersisa di hutan. Hanya karena kekuatan ghaib yang dimiliki harimau dan bagus untuk pengobatan, harimau terus diburu manusia, untuk di kirim ke china. Karena taring harimau sangat langka dan mahal, banyak pula yang memalsukannya.

Rabu, 28 Juli 2010

AKU MELIHAT LEAK

Leak adalah mahluk yang masih ditakutkan di Bali. Aku orang yang sulit percaya tentang leak, akhirnya melihat dengan mataku sendiri proses pengleakan di kuburan dan mencoba untuk menggali ilmu leak lebih dalam
________________________________________________________

Pulau Bali sangat terkenal sebagai Pulau yang magis. Di Bali kalau menyebut kata Leak, hampir semua orang faham dengan apa yang dimaksudkan. Pikiran akan mengarah terhadap seseorang atau suatu perbuatan yang dilakukan orang dan akan merugikan orang lain. Hebatnya lagi perbuatan jahat ini sangat sulit untuk dibuktikan, sehingga seseorang tidak dapat dituntut karena telah melakukan perbuatan yang merugikan dengan ilmu leaknya.

Orang sering menyampaikan kalau anggota keluarga mereka meninggal akibat leak atau suami yang dulunya garang, tiba-tiba menurut terhadap istrinya itu juga karena pengaruh leak. Dua saudara yang hidup dalam satu natah (halaman) sudah lama tidak berkomunikasi akibat ada kecurigaan istri saudaranya bisa ngeleak. Sehingga kerukunan keluarga atau kerukunan keturunannya dianggap tidak penting lagi, hanya karena kecurigaan memiliki ilmu leak. Hebohnya lagi ada orang dibantai hingga meninggal akibat dikeroyok orang sekampung, hanya karena dicurigai memiliki ilmu leak.

Apakah leak itu memang ada? Kalau memang eksis, seperti apakah bentuknya? Kenapa sangat menakutkan? Menurut cerita orang leak dapat berubah wujud dari bentuk binatang, hingga terkadang dapat berubah menjadi bentuk pesawat terbang, bahkan helikopter. Kalau memang sehebat seperti yang diceritakan orang, kenapa orang Bali tidak membuat pasukan siluman saja? Amerika mungkin menjadi gentar dengan kecanggihan laskar leak Bali.

Beberapa tahun yang lalu di Bali pernah heboh dengan issu ‘Leak Mepalu’ artinya leak bertempur di pantai Sanur. Hampir seluruh masyarakat Denpasar pada malam hari datang ke pantai Sanur untuk menyaksikan pertempuran ini. Cerita yang beredar mengatakan bahwa ada yang berbentuk bola api, berbentuk burung Garuda, bentuk bade orang meninggal dan berbentuk helikopter yang mampu landing di atas pohon kelapa. Mereka bertempur mengadukan kesaktian mereka di atas air laut Sanur. Konon pertempuran ini dapat disaksikan dengan amat jelas. Seluruh perjalanan pertempuran itu detailnya dapat dilihat dengan sangat jelas, termasuk rintihan leak yang mengalami kekalahan. Banyak bangkai leak dapat disaksikan, karena langit yang biasanya gelap, malam itu terang akibat api (ndih) leak yang banyak berterbangan di udara. Cerita yang sangat menghebohkan itu membuat orang seluruh Bali berdatangan ke pantai Sanur, menanti perang leak hingga pagi hari hampir selama seminggu, namun ternyata leak yang akan bertempur berhalangan hadir.

Kelestarian cerita leak di Bali tidak terlepas dari kesenian rakyat Bali yang masih sering dipentaskan yakni ‘Calonarang’ Alur cerita calonarang selalu menceritakan asal muasalnya ilmu leak dari jaman kerajaan Kediri, dari sebuah desa pesisir yang disebut Desa Dirah.

Konon di desa ini pernah hidup seorang janda dengan anak tunggalnya seorang wanita. Karena persoalan hidupnya yang sangat berat atau mungkin karena persoalan cinta, sakit hati ditinggal lelaki, sehingga dia menjanda, maka wanita ini bertapa di tempat yang sunyi, agar diberikan kekuatan yang maha dahsyat. Ilmu yang ampuh ini akan dapat menundukkan segala ilmu yang ada di bumi ini. Pada jaman itu ilmu kesaktian hanya dikuasai oleh pihak lelaki. Mungkin karena ketabahan dan kesungguhannya memohon, para Dewa akhirnya mengabulkan permohonannya, maka janda itu menjadi wanita yang sakti tak tertandingi dan orang memanggilnya ‘Rangda Naten Dirah’ atau Janda dari Dirah.

Dalam tarian calonarang di tunjukkan Rangda Naten Dirah memiliki seorang anak perempuan yang telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik yang diberi nama ‘Dirah Ratna Menggali’. Gadis cantik yang tumbuh semakin dewasa, namun anehnya tidak ada cowok yang berani mendekat, naksir atau melamarnya. Hal ini sebenarnya wajar saja, ibunya sangat sakti dengan pengawalnya yang serem dan sakti, cowok normal pasti ciutlah nyalinya. Jangankan berkenalan, noleh saja sedapat mungkin harus dihindari. Bagaimana jadinya kalau pas ngelirik bertemu dengan pandangan ibunya? Konon sinar api panas bisa langsung keluar dari mata ibunya dan membakar tubuh atau apapun yang dipandangnya.

Ketidak hadiran cowok di sisi anak gadisnya yang cantik jelita, membuat Rangda Naten Dirah gulau hatinya. Kebenciannya dan sakit hatinya kepada lelaki semakin memuncak. Ternyata lelaki di dunia ini semua sama, hanya bisa membuat sakit hati wanita saja. Rangda Naten Dirah dengan kesaktiannya membuat wabah penyakit, dia ingin memusnahkan semua lelaki, keluarga dan keturunannya. Akibatnya hampir setiap hari orang-orang berbondong menggotong mayat kekuburan. Mayat yang meninggal karena sakit.
Raja Erlangga yang memerintah Kediri pada waktu itu sangat sedih dengan wabah penyakit di seluruh negeri. Raja memerintahkan Empu Bharadah untuk mengatasi persoalan wabah penyakit yang mematikan ini dengan segera. Sang Empu berpikir keras untuk mencari pokok persoalan dan mencari solusinya. Setelah dikumpulkan data dari lapangan, akhirnya Sang Empu menyimpulkan kalau persoalan ini adalah soal cinta semata yang kemudian menumbuhkan dendam seorang wanita sakti yang kalau diukur kesaktiannya Sang Empu masih kalah jauh.

Dari pada bertempur secara frontal yang pasti akan mengalami kekalahan, Sang Empu Bharadah memakai siasat untuk memenangkan pertempuran ini. Sang Empu mengutus anaknya yang cukup ganteng dan dibekali banyak ilmu untuk mendekati dan merayu Ratna Menggali. Misinya adalah membuat Ratna Menggali jatuh cinta dan bersedia untuk dijadikan istrinya. Setelah menjadi istrinya dengan segala usaha harus menggali informasi melalui Ratna Menggali, mencari tahu dimana letak titik lemah kesaktian ibunya. Ternyata strategi ini berhasil, Rangda Naten Dirah terbunuh.

Dalam tarian calonarang, sebelum terbunuh Rangda Naten Dirah mengeluarkan seluruh kesaktiannya, Pemain akan kesurupan dan mulai untuk menghunus keris mereka dan menghujamkan keris itu ketubuh penari Rangda. Setelah keris dihujamkan berkali-kali, Si Rangda ternyata masih hidup. Kesaktian Sang Empu berubah menjadi Barong. Namun tidak ada yang kalah dan menang dalam pertarungan ini, karena Rangda Nata Dirah ingin anaknya berbahagia, maka dia mohon doa Sang Empu untuk menghantarkannya ke kehidupan di dunia lain. Rangda Nata Dirah akhirnya musnah, dengan kekuatan doa Sang Empu diharapkan dalam kelahirannya kembali akan dapat meningkatkan kehidupannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Aku masih berpendapat kalau cerita leak di Bali itu hanyalah sebuah mitos yang dibesar-besarkan dan diceritakan dengan banyak variasi cerita, sehingga menjadi menyeramkan dan memancing orang untuk selalu ingin mendengarkan, karena versi dan variasi ceritanya selalu berbeda. Kalau yang bercerita ditanyakan lebih dalam “Apakah kamu pernah bertemu dengan leak?” Jawaban yang diberikan lebih banyak berupa karangan dan ilusi pengarangnya saja. Kenyataannya sampai sekarang aku belum pernah bertemu dengan leak. Belum pernah mendengar orang mati karena digigit atau dimakan leak dan belum pernah melihat mayat atau bangkai leak.

Ayahku menderita penyakit kencing manis. Suatu hari kondisi beliau sangat parah. Pengobatan kedokteran modern yang dia jalani selama ini tidak menunjukkan hasil yang baik, hingga suatu hari ada rekan yang menyarankan untuk berobat secara Bali atau pengobatan alternatif. Dalam kondisi untuk tidak memilih, sebagai anak aku menerima segala saran yang diberikan , sejauh itu menjanjikan kesembuhan ayahku. Beberapa dukun, balian dan paranormal dari segala penjuru, aliran, agama aku coba, namun semua belum memperlihatkan hasil. Suatu hari aku bertemu dengan Mangku Teja, beliau dengan rendah hati menjelaskan akan mencoba untuk menolong dan menjelaskan kalau beliau melakukan pengobatan dengan dasar ilmu hitam, pengiwa atau lebih dikenal dengan ilmu pengleakan. Aku pikir, siapa tahu kalau ini memang buatan leak, tentu Bapa Mangku akan dapat mengatasinya.

Selain sisi pengobatan yang harus dijalankan, akupun di ajak memohon kepada Tuhan untuk kesembuhan ayahku. Hanya jalan permohonan yang di tempuh oleh Bapa Mangku adalah melalui Pura Mrajapati. Artinya pura yang terletak di areal kuburan, di tengah malam dan pasti akan mampir ke kuburannya. Demi kesembuhan ayahku, akupun mengikuti ritual upacara ini. Malam itu aku melihat Mangku Teja Ngeleak tepat di sampingku, karena hanya kami berdua di deretan paling depan. Sementara itu di depanku sesajen yang diletakkan di atas tanah kuburan yang baru semalam di tanam dan di belakang kami beberapa orang penduduk desa yang tahu kedatangan kami dan ikut menyaksikannya.

Malam itu suasana sangat hening, suara binatang malam kuburan sangat jelas terdengar. Lolongan anjing dan suara burung malam tak ketinggalan. Langit malam itu sangat cerah, bertaburan banyak bintang tanpa bulan. Ada yang mengganggu pikiranku. Disekitar pohon dikuburan beberapa sinar biru berterbangan dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Sinar biru melesat dengan cepat, lalu hilang, Aku penasaran sinar apa itu? Jelas bukan kunang-kunang karena setinggi pohon kelapa, jelas terlihat berarti ukurannya lebih besar dan bergerak cepat. Ada sekitar tiga buah menari-nari dengan arah ke samping, lalu menghilang. Karena belum yakin, pengalamanku malam itu aku simpan sendiri hingga hampir 20 tahun kemudian aku kembali bertemu dengan Bapa Mangku Teja di kediaman beliau di Bangli.

Mangku Teja menyambutku dengan ramah dan akrab. Beliau masih mengingatku dengan baik. Kebetulan kedatanganku ditemani oleh crew dari SCTV yang akan meliput kegiatan Mangku Teja, termasuk kemampuannya untuk ngeleak. Setelah kegiatan itu disetujui, akupun bertanya lebih dalam tentang leak.
“Bapa Mangku, bagaimana cara belajar ilmu leak?”
“Ilmu leak dapat dipelajari dengan mengenal sastra dan karena jaman sekarang orang pengen mudah dan cepat, dapat pula di transfer secara instant” Ujar Mangku Teja.
“Secara Instant? Maksud, bapa?”
“Dengan sesajen dan beberapa pesyaratan lainnya, nanti Bapa mohonkan kehadapan yang kuasa, kalau dikabulkan nanti akan diberikan tanda keberhasilan dan kalau gagal tidak ada tanda”
“Memangnya tandanya seperti apa, Bapa?” Desakku pula.
“Banyak macamnya, Bapa sulit untuk menjelaskannya karena masing-masing orang akan berbeda” Jelas Mangku.
Aku tidak berani untuk mendesak lebih dalam, namun menurut cerita orang, kalau ritual ini berhasil maka dari mulut orang itu akan mengeluarkan sinar api. Ritual seperti ini dilakukan di kuburan ditengah malam.
“Bagaimana dengan mereka yang belajar aksara atau dengan membaca lontar, apakah akan mengalami proses yang sama?”
“Begini, Leak itu sendiri sebenarnya berarti menghidupkan aksara di dalam tubuh. Atau dapat dikatakan menghidupkan cakra di dalam tubuh dengan aksara. Ketika aksara sudah hidup termasuk saudara empat yang kita ajak lahir, maka akan terpancar cahaya yang kita sebut dengan aura. Cahaya ini dapat dikeluarkan melalui segala lobang yang ada di badan manusia dan demikian pula sebaliknya”
“Jadi kalau orang mau ngeleak, harus menghidupkan mesinnya terlebih dahulu?” Tanyaku lagi.
“Boleh dikatakan seperti itu. Dia harus mampu menghidupkan aksaranya, lalu terserah mereka mau dibawa kemana. Kalau mau dikeluarkan dari tubuh dapat melalui lobang kepala atau mulut, lalu meninggalkan tubuh”.
“Lalu pergi kemana?”
“Terserah mereka mau kemana dikegelapan malam. Dalam pelepasan roh itu orang akan mengalami sensasi indah yang berbeda dan dalam kegelapan itu banyak keramaian karena akan bertemu dengan teman-teman lain yang mempunyai tujuan yang sama”.
“Apakah dapat terjadi benturan antar sesama anggota?”
“Sering seperti itu atau harus memenuhi janji bertempur karena kita berani mengobati seseorang yang mungkin saja yang dia inginkan untuk tetap sakit atau mati. Biasanya tidak ada jalan lain, selain harus dihadapi dan diselesaikan. Kalau yang kalah mereka akan diberikan opsi sesuai dengan luka yang diderita. Apakah nyawanya mau dicabut saat itu atau mohon pengampunan dengan batas waktu yang disetujui atau tunduk untuk menjadi budak dan melayani majikan” Ujar Mangku Teja lebih jauh.

Masyarakat Bali sangat faham dan sering melihat adanya sinar atau dalam bahasa Bali disebut ‘ndih’ yang bertempur di udara. Atau mendengar seseorang yang sakit atau mati mendadak, padahal dia dikenal sakti dan menguasai ilmu leak.
“Jadi, ilmu leak itu sebenarnya Apa?”
“Begini, Ilmu leak itu sebenarnya ilmu untuk mencari jalan mencapai sorga atau kalau bisa moksa. Kalau Bapa meninggal nanti, Bapa ingin roh Bapa itu dapat menyatu dengan Sang Pencipta”.
“Hah...?? Jalan menuju Sorga? Bukankah leak itu jahat? Semua orang pasti setuju kalau yang jahat itu tempatnya di neraka”. Ujarku memastikan.
“Disinilah kesalahan pengertian banyak orang”. Ujar Mangku Teja datar.
“Jadi Bapa tidak takut menyandang predikat sebagai orang yang bisa ngeleak dan dianggap sebagai tokoh leak?”
“Bapa tidak pernah takut kalau dalam kebenaran. Bapa menolong orang yang dalam kesusahan, Bapa menjadi anggota masyarakat yang baik, Bapa memberikan ilmu bagi yang ingin belajar, termasuk mendirikan sekolah seni untuk anak-anak yang mau belajar kesenian secara gratis dan semuanya Bapa lakukan dengan swadaya dan senang hati.”
“Tujuannya untuk apa?”
“Dalam usia yang sudah semakin tua, Bapa ingin memberikan semua yang Bapa miliki. Terutama kepada generasi muda agar mereka bisa berkesenian, menari, menabuh dan juga menulis aksara Bali yang sudah mulai langka. Semoga mereka menjadi generasi yang dapat menghargai kesenian leluhur mereka”.

Mangku Teja memang dikenal sebagai penari Rangda yang selalu menantang dalam Calonarang. Dalam setiap pemantasannya selalu mengundang mereka yang mau beradu ilmu pengleakan untuk hadir dan mencoba kekuatan ilmu mereka di atas panggung atau dimanapun, sehingga leak nakal tidak mengganggu masyarakat atau orang yang tidak bersalah.
“Apakah itu tidak mengandung resiko?” Tanyaku lagi.
“Selama ini Bapa senang untuk meladeni tantangan”.Ujarnya kalem.
“Apakah hanya tantangan ngeleak saja?”.
“Waktu ini ada yang lucu dari tamu Jepang. Dia datang kemari ditemani dengan guidenya untuk beradu ilmu tenaga dalam. Konon katanya dia sudah keliling dunia, namun belum ketemu lawan yang seimbang. Bapa tidak boleh sombong, namun Bapa ladeni pula tantangannya dengan taruhan. Dia memberikan taruhan sejumlah uang, karena Bapa tidak punya uang, nyawa Bapa taruhkan”.
“Bagaimana dengan jalannya pertarungan?” Desakku pula.
“Buktinya Bapa masih hidup. Sampai sekarang kami kenal baik dan dia sering mengirim rombongan dari Jepang untuk belajar ke gubuk Bapa”.
“Kenapa leak tetap dianggap jahat dan menyusahkan orang?” Tanyaku lagi.
“Ilmu leak sebenarnya sama kalau diumpamakan sebagai sebuah pisau. Karena sebagai sebuah ilmu, dapat dipergunakan untuk hal yang negatip dan positip. Tergantung dari si pemegang pisau itu sendiri tingkat kemampuan dan pengetahuannya. Mau dibawa kemana pisau itu.”
“Apakah dalam ilmu leak ada tingkatannya?”
“Sama seperti sekolah ada tingkatannya dan ada ujiannya. Kalau mereka yang baru bisa atau baru mengenal ilmu pengiwa (kiri), ini yang biasanya usil (ugig), karena selalu ingin mencoba kehebatan ilmunya”.
“Apa sangsinya mereka yang ugig itu, apakah tidak ada yang mengawasi atau mengontrol mereka?”
“Kalau mereka bertemu Bapa, biasanya Bapa habisi biar tidak banyak cerita lagi.” Ujar Mangku Teja santai.
Dalam dunia pengleakan dikenal adanya tingkatan ilmu. Kebanyakan mereka yang baru belajar ilmu pengleakan yang sering bertingkah dan membuat penyakit. Dalam sensasi atau ketika berubah menjadi sinar (ndih) atau bentuk apapun sesuai tingkat keilmuan mereka, mereka sering saling memakan atau bertempur antara satu dengan yang lainnya untuk syarat kenaikan tingkat keilmuannya.

Malam yang telah ditentukan tiba, beberapa teman yang ingin menyaksikan dan crew dari SCTV sudah siap. Sesajen yang akan dihaturkan juga sudah terlihat tersusun rapi. Kami hanya menunggu waktu, agar malam semakin larut. Kebetulan malam ini lokasi acara di kuburan Desa Adat Bambang, yakni tidak beberapa jauh dari rumah Mangku Teja.
Kami membawa segala persiapan ke kuburan. Tanah kuburan posisinya cukup tinggi dan dibawah terlihat jalan raya yang sudah sepi, namun sinar lampu jalanan masih mampu menerobos areal kuburan. Tidak beberapa lama lampu mati, ini berarti seluruh kampung menjadi gelap gulita. Mataku mencoba beradaptasi dengan gelap, namun hanya mampu melihat dengan jarak satu meter. Mangku Teja berjarak sekitar 20 meter dari kami. Dalam gelap banyak orang merangkak ikut menjadi penonton, sepertinya semua penduduk desa tahu kalau malam ini akan ada atraksi.

Untung ada cukup banyak kamera video yang dibawa penonton, kamera canggih yang dibawa crew SCTV yang sangat kami harapkan, tiba-tiba macet. Kami berjuang untuk dapat merekam atraksi malam itu sebaik mungkin dengan nightshoot.
Mangku Teja mengambil posisi berdiri. Dibawahnya seorang murid yang akan di baptis dan di depannya segala sesajen yang diperlukan. Mangku Teja mulai komat-kamit membaca mantra, setelah sekian lama suaranya mulai berubah menjadi merengkeh-rengkeh, sekali-kali menjerit, membuat suasana semakin mencekam. Tak lama kemudian terdengar cicitan anak ayam yang sepertinya telah tergenggam ditangannya, kemudian anak ayam menjerit lalu hilang suaranya. Anak ayam mati terkoyak tercabik giginya, lalu ditelannya mentah-mentah.

Badan Mangku Teja terlihat semakin tinggi, dia sepertinya berdiri di atas kepala muridnya, kemudian terlihat sinar keluar dari kedua matanya, sehingga raut muka sedikit jelas. Inilah proses perubahan tubuh atau yang dikenal dengan istilah ‘ngelekas’ atau ‘Ngereh’ , Perubahan wajah menjadi bentuk yang lain. Malam ini sepertinya akan berubah menjadi ‘Rangda’ atau Sang Hyang Bairawi, Perubahan tertinggi dalam tingkatan pengleakan. Hal ini dapat terlihat dari matanya yang melotot dan berapi, Suaranya yang sangat khas dan mungkin inilah masa keindahan sensasi yang dialami oleh orang yang sedang proses ‘Ngerehin’ yaitu saat akan berubah wujud. Api tetap bersinar dari mata, kemudian lidahnya mulai memanjang. Bergoyang kekiri-kekanan seolah ingin menyapu kepala muridnya, gigi taringnya memanjang dan kemudian kembali suaranya merekeh-rekeh, menjerit dan semakin pelan. Beberapa saat kepalanya kembali berputar dan naik turun, Api di mukanya terang-redup dan tak lama kemudian menghilang. Setelah itu gelap kembali, namun Bapa masih terdengar sibuk komat-kamit membaca mantra. Dalam pikiranku mungkin sedang sibuk dalam prosesmengembalikan wajah semula. Semua penonton terdengar menarik nafas lega. Terdengar seperti lepas dari sebuah ketegangan, namun malam masih terasa mencekam.

BALI MASIH TERLENA

Dahulu kala pernah ada cerita bahwa kalau ada barang yang tertinggal di Bali, setelah tiga hari ternyata barang itu masih tetap berada ditempatnya tanpa ada kekurangan apapun. Cerita itu mungkin terakhir terjadi sekitar dua puluh tahun silam, tidak begitu lama. Ada seorang kakek bercerita bahwa ketika dia pulang ke jawa, sering dia meninggalkan sepedanya di stasiun Ubung selama dua hari, ketika kembali sepeda itu masih utuh.

Seminggu lalu ada seorang teman yang bercerita ketinggalan HP di sebuah toko, tidak sampai lima menit kembali ternyata HP nya sudah tidak jelas berada di mana. Ketika dihubungi ada yang menjawab bahwa HP itu baru di beli dan dalam beberapa hari masih dipakai dengan nomer yang sama, berhubung masih ada pulsa.

Kemanakah manusia Bali yang jujur dan santun? Apakah yang maling itu monopoli manusia luar Bali? Apa yang terjadi dengan tanah Bali? Bagaimana dengan Bali sepuluh atau lima puluh bahkan seratus tahun lagi? Mungkin masih banyak pertanyaan lain sebelum kita menanyakan siapakah yang seharusnya bertanggung jawab atas semua ini?

Ada yang mengatakan Bali itu bagaikan gula, dimana ada gula disitu ada semut. Kalau Bali diserbu darisegala penjuru adalah wajar. Karena disinilah sumber kehidupan. Asal mau kerja pasti hidup di Bali, syukur kalau sampai bisa beli tanah dan bangun rumah mewah. Slogan seperti ini sering diucapkan sebagai semangat kerja, makanya penduduk pendatang terlihat sangat serius menekuni pekerjaan mereka.

Manusia Bali masih sangat disibukkan kehidupan sosial “Menyama Braya” dan “Upacara Adat” yang harus tetap dipertahankan, karena merupakan “Core” dari Bali itu sendiri. Di sisi lainnya masyarakat Bali sangat konsumtif dan memiliki gengsi yang sangat besar
Mobil rata-rata mewah, motor tidak ada yang tua, rumah rata-rata bagus, kebaya rata-rata berkelas dan sekarang mencari sekolahpun harus yang terbaik atau langsung ke luar negeri.

Penduduk pendatang semakin lama semakin banyak yang datang, Bali terasa semakin menyesakkan. Warung Muslim berserakan, Nasi Padang tersedia sepanjang hari, tukang sol sepatu dan dagang bakso, burger, es krim, sate semakin sering terdengar lewat di depan rumah. Pedagang kaki lima penuh di lapangan Puputan, pedagang es kelapa muda di Renon, tukang bangunan berserakan, tukang angkut pasir berjejer di pojok jalan, cewek kafe dan karaoke, belum lagi tempat pelacuran di Sanur atau yang berkeliaran di Kuta, Sari Laut di seluruh pinggir jalan ramai di kota hingga sampai ke desa-desa. Pokoknya semua ada dan dimana-mana.

Manusia Bali juga sibuk “mejejaitan” untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi kalau ada odalan. Padahal janur, ayam, buah, roti, dupa, bunga semuanya di datangkan dari Jawa, bahkan lebih ironis lagi canangpun sudah dibuat oleh orang luar Bali.

Ketika malam tiba, perlu hiburan lain selain nonton TV. CafĂ©, diskotik dan karaoke adalah pilihan dan pilihan ini ternyata menyenangkan, sehingga sekali berkunjung tidaklah cukup. Hiburan yang paling murah duduk sambil makan nasi “jinggo” sambil ngobrol dengan pedagangnya, ternyata nasi itupun buatan orang luar.

Menutupi segala ongkos kebutuhan jaman dan gengsinya, manusia Bali memandang perlu untuk menjual sebidang tanah leluhurnya. Hotel dan Villa bermunculan dimana-mana, ternyata pemiliknya penduduk pendatang. Toko sepanjang Kuta dan Legian ternyata pemiliknya tidak jauh berbeda. Ubud, Canggu, Jimbaran mungkin mempunyai duka yang sama. Di Kota ruko berserakan, pusat perbelanjaan raksasa di buka, pameran tetap sepanjang hayat, perumahan baru dibangun dimana-mana, toh pemilik dan penghuninya bukan manusia Bali.

Manusia Bali ternyata masih terlena, Bali adalah pulau surga, aman dan damai. Serbuan yang dahsyat ke pulau Bali belum mempunyai arti apa-apa. Bom yang meledak di Kuta belum mampu untuk membangunkan untuk “Eling”. Ketika beberapa hotel dan perusahaan di Bali sudah keterlaluan untuk tidak menerima manusia Bali bekerja diperusahaannya, karena takut banyak libur upacara, kitapun masih terlena.

Pemerintah Bali masih sibuk dengan slogan pembodohan. Bali dengan pariwisata budaya, kota berbudaya dan yang terbaru adalah slogan “Ajeg Bali”. Tata ruang berhamburan, tata kota berserakan, arsitektur Bali semakin tak jelas, Tri Hita Karana Award membingungkan, belum lagi pembongkaran jalan yang membabi buta dengan alasan pembangunan yang mungkin saja dalam lima tahun lagi sudah tak terpakai . Satu pihak Pemerintah pusat menggulingkan “Penghematan” sementara di Bali kemacetan dimana-mana.

Karakter manusia Bali kalau seorang diri adalah “Polos dan Santun” tetapi kalau sudah beramai-ramai akan menjadi lain. Manusia Bali adalah “Penyabar” dan sangat “Toleran”
Tetapi ketika Bali di “Serbu” akankah kita biarkan tercabik-cabik hingga sepuluh tahun lagi sudah tidak ada sisa, karena kita ternyata masih terlena...?!

Balian Cilik

Anak kecil ini tidak dalam kesurupan, dia duduk dipangkuan ibunya dengan santai dan mulai menjawab segala peroalan mereka yang datang. Diapun dapat terlihat dewasa dalam memberikan petuah atau marah jika itu salah.


“Gung….Gung, kesini Gung” Demikian suara Ibunya memanggil, tak lama kemudian seorang anak kecil, manis dan lugu berlari dari rumah sebelah “Kemana aja dari tadi?” Sahut Ibunya “Gung lagi nonton kartun” Jawabnya polos, sementara di depan kamarnya sudah banyak orang menanti, namun Gung Damar acuh saja, keluguan seorang anak-anak. Orang banyak yang menunggu dan menanti giliranpun tersenyum maklum.

Gung Damar, demikian sering di sebut memang masih duduk di bangku kelas tiga, SD Negeri III Sukasada, Singaraja. Kalau anak seusianya mungkin masih sibuk bermain boneka, namun Gung Damar sibuk meladeni tamunya. Tamu yang datangpun dari segala tingkatan, dari anak kecil hingga pejabat tinggi negara.

Menurut pengakuan ibunya, Gung Damar sejak usia dua tahun telah menunjukkan keanehan. Dia sangat suka mengunjungi pura dan tempat-tempat yang bernuansa spiritual. “Mulanya saya tidak mengerti akan keinginan anak ini, namun karena pengennya ke Pura terus, maka sayapun mengikutinya” sahut ibunya.

Pura yang paling disukai adalah pura Melanting di Pulaki. “Kalau sudah di sana, tanpa disuruh Gung Damar pasti ngayah menari”. Sahut ibunya. “Padahal dia tidak pernah belajar menari dan tidak suka menari” Sambung ibunya.

Di dampingi oleh ibunya sebagai juru bahasa dan penterjemah, Gung Damar memberikan konsultasi ataupun wejangan. Tidak perduli orang tua, kalau harus marah, Gung Damar akan memarahinya. “Anak ini terlalu polos, mengatakan apa adanya.” Ujar ibunya. Suatu hari ada pasangan pasutri yang datang berkonsultasi. Gung Damarpun apa adanya, mengatakan bahwa masalah keuangan yang dialami mereka akibat selama ini uangnya banyak diberikan kepada wanita simpanan lelaki tersebut, tentu saja sang istri baru tahu dan paham. Karena memang itu adanya, Gung Damar menyampaikanpun dengan jujur dan apa adanya.

Semenjak umur kandungan tiga bulan, Gung Damar ditinggalkan Bapaknya. Hanya kasih tulus seorang ibu yang dirasakan selama ini. Gung Damar yang meyakini sebagai keturunan dan reinkarnasi Ki Panji Sakti, berkeyakinan akan kembali lagi kerumah asalnya di Klungkung, dimana leluhurnya Dalem Segening berasal.

“Gung akan kembali lagi ke asalnya Gung” Ujarnya lugu.

Sekolah Gung Damar tetap berjalan, walau terkadang tamu yang berkonsultasi hingga larut malam. “Hingga kelas Dua Gung masih telat membaca” Komentar ibunya. Namun dengan tiba-tiba dalam satu hari dia fasih membaca dan menulis, hingga dapat ranking di kelasnya. Ketika ditanyakan “Gung ada yang memberitahu dan membantu,” Diapun menunjuk sebuah foto yang terpajang di tembok .

Banyak orang yang sayang sama Gung Damar, banyak yang memberikan oleh-oleh boneka dan peralatan sekolah. Namun Gung Damar tidak pelit, dia banyak membagikan barang-barang untuk teman-temannya dan anak-anak sepermainan di sekitar rumahnya.

Untuk memberikan waktu istirahat yang cukup, Gung Damar mulai buka konsultasi jam 16.00 hingga selesai. “Biar cukup istirahat dan bermain” Ujar ibunya, karena ibunya juga tidak menginginkan Gung Damar kehilangan masa kanak-kanaknya dan waktu untuk menikmati kasih sayang ibunya.

Anak Indigo ini ketika diajak berbincang, lebih banyak terdiam dan menyimak atau memainkan mainannya di tangan. Ketika dia berada di ruang konsultasi dapat bertutur dengan baik. Kata-katanya mengalir dengan ringan, memberikan petuah, petunjuk dan nasehat pada orang yang jauh lebih tua dengan sangat santai. Terkadang kalau harus marah, diapun dapat menunjukkan kemarahannya dengan lelaku orang dewasa.

Gung Damar ingin mengabdikan kemampuannya untuk menolong mereka yang harus ditolong. Kelebihan yang dimilikinya disadari sebagai anugerah yang harus dia jaga dan amalkan, terutama bagi mereka yang sedang sakit atau mengalami kesulitan hidup. Mimpinya ingin kembali ke tempat asalnya, semoga saja tersampaikan. Mungkin itu hanya sebuah kata yang tersirat, yang mengandung banyak makna dan Gung Damar memang harus tetap tegar dalam menjalani perjalanan hidupnya yang masih panjang.

Selasa, 27 Juli 2010

KESURUPAN

Kesurupan atau kerauhan terkadang terlalu mudah terjadi, banyak akibat faktor psikologis, unjuk kekuatan dan ternyata ada pula yang hanya merupakan sebuah sandiwara
____________________________________________________________

Sebuah sekolah di Denpasar ‘gempar’ akibat ada anak yang kesurupan, anehnya lagi ketika anak yang menderita kesurupan ini di bawa ke ruang guru, secara bersamaan beberapa anak lain ikut kesurupan. Anak yang kesurupan berteriak histeris, mengeluarkan tenaga yang luar biasa dan matanya mendelik. Karena baru pertama kali terjadi dan bersifat masal, banyak orang tua yang khawatir, para guru kebingungan mencari jawabannya, sekolahpun diliburkan.

Ada beberapa anak yang mampu untuk diajak berkomunikasi, namun mereka biasanya menggunakan bahasa yang tidak jelas. Beberapa anak tetap meronta, tanpa keinginan pasti dan seolah-olah ingin terbang. Dalam kasus kesurupan lain, si penderita mampu memperlihatkan kekuatan super hingga kekebalan.

Dalam beberapa hari kemudian, setelah diadakan konsultasi dengan ‘orang pintar’, maka dibuatkanlah ‘pelinggih’ di pojok halaman sekolah dan diadakan upacara percaruan yang cukup besar, kemudian suasana sekolah menjadi tenang. Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan normal.

Model Kesurupan
Tidak hanya di sekolahan, kesurupan juga menimpa anak-anak sekolah yang sedang mengadakan kegiatan berkemah di areal Bedugul. Beberapa anak kesurupan dan disinyalir akibat kemasukan roh penunggu di areal mereka berkemah. Awalnya si anak hanya berdiam diri, namun tiba-tiba berteriak histeris.

Di Bali banyak Balian yang kesurupan dan dipercaya akibat roh keluarga yang merasuki tubuhnya. Balian hanya bertindak sebagai medium untuk megatur agar dapat terjalinnya komunikasi dengan pihak keluarga. Hasil komunikasi seperti ini sangat di percaya oleh sebahagian besar masyarakat Bali.

Kalau ada piodalan atau petirtan di pura, sering terlihat pemangku mengalami kesurupan. Pemangku bertindak sebagai medium, agar terjalinnya komunikasi dengan para dewa untuk menemukan kekurangan yang mungkin saja terdapat selama jalannya upacara. Ada juga di daerah lain, kesurupan dianggap sebagai sebuah tanda, bahwa piodalan atau upacara yang telah dilangsungkan, telah di terima oleh yang kuasa.

Di Pura Pengrebongan, kesiman, Pada setiap piodalan akan di perlihatkan peristiwa kesurupan, dimana kekuatan magis para sesuwunan di pertontonkan. Siapapun yang ‘ngiring’ saat itu akan menusukkan sebilah keris ke tubuhnya dengan sekuat tenaga. Seandainyapun ada yang terluka, dipercaya akan hilang dalam beberapa saat, setelah diperciki air tirta yang diperoleh dari dalam pura.

Proses Kesurupan
Kesurupan dipercaya merupakan suatu unjuk kekuatan dari pihak luar. Kalau di luar Bali kekuatan ini berupa kekuatan roh atau jin, namun di Bali lebih banyak menganggapnya sebagai kekuatan Dewa (Bathara) atau para pembantunya. Unjuk kekuatan ini muncul ketika merasa ada gangguan ataupun ada kekurangan, sehingga manusia perlu diberitahukan.

Mereka yang sering mendengar atau menonton cerita seram atau cerita hantu dan mempercayainya, merupakan media yang sangat mudah menderita kesurupan. Awalnya mereka hanya bengong dengan pikiran kosong, lalu mulai mengalami perubahan pada matanya dan akhirnya berubah menjadi pribadi lain.

Menurut seorang paranormal yang cukup kondang di Bali, kesurupan ternyata dapat diciptakan. “Saya sering mendapatkan order untuk membuat orang kesurupan “.. “Saya mampu membuat banyak orang kesurupan dalam waktu yang bersamaan”. Lanjutnya pula; “Proses ini dapat dicapai hanya dengan ‘lelaku’ dan doa yang kuat dan tiba-tiba saja orang sudah histeris.”

Mitos tentang kesurupan hendaknya lebih dilogikakan dan dinalarkan dengan lebih baik. Kepentingan bisnis para balian, pemangku atau orang yang mempunyai kepentingan lain telah membuat kesurupan sebagai komoditi bisnis.

Seorang pemangku dapat bersandiwara kesurupan, hanya untuk menumbuhkan suatu kesan bahwa dialah pemangku yang sakti dan disayang oleh para dewa di pura tersebut. Seorang balian kesurupan hanya untuk lebih meyakinkan pasiennya, agar pasien itu tetap datang dan mengikuti segala perintahnya. Sebuah keluarga kesurupan, agar keris yang ada di rumahnya, dipercaya sakti dan di puja banyak orang. Sebuah topeng yang baru saja dikeluarkan dari pembungkusnya membuat beberapa orang kesurupan, ternyata kesurupan itu orderan atau pesanan, agar orang mempercayai bahwa topeng itu memiliki kekuatan magis. Ada juga seorang istri yang sering kesurupan hanya untuk mengikat suaminya, agar tidak melihat pada wanita lainnya.

Ada yang beranggapan kesurupan yang sebenarnya adalah jika ada tanda, yakni orang yang kesurupan tidak akan basah oleh air, tidak terbakar oleh api, walaupun seujung rambut dan tidak kotor oleh debu, mungkin itu dapat dipakai suatu acuan, sebagai tanda awal bahwa ada kekuatan istimewa, diluar nalar manusia yang merasukinya. Kalau hanya baru berteriak atau memakan anak ayam hidup atau meronta dengan kuat, masih perlu diteliti lebih mendalam, karena kesurupan tidak selalu roh suci yang turun, namun juga bisa roh para jin rendahan atau roh dari tempat yang kotor yang menginginkan tempat dan penghormatan yang lebih baik.

Dalam menyikapi fenomena kesurupan ini memang harus lebih teliti untuk menyikapinya, apalagi ternyata kesurupan bisa disandiwarakan, ini sudah merupakan bentuk lain dari sebuah penipuan dan pembodohan masyarakat.